Jejak Singkat Bani Umayyah Sewaktu Di Spanyol


 Seiring dengan tumbangnya Bani Umayyah pada tahun 750 M, kekhalifahan pindah ke tangan Bani Abbasiyah. Pada tahun 755 M, Abdurrahman ad-Dakhil yang lolos dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah masuk ke Spanyol di mana sebagian besar umat Islam di sana adalah dari Bani Umayyah. Ia kemudian mendirikan pemerintahan sendiri di sana yang terpisah dari Bagdad dan mengangkat dirinya sebagai amir.

1. Awal Berdirinya

Setelah berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah, Abdurrahman akhirnya masuk ke Spanyol. Di Spanyol yang penduduknya kebanyakan dari kalangan pendukung Bani Umayyah, ia merasa aman. Ia kemudian mendirikan pemerintahannya di sana. Keberhasilannya memasuki Spanyol itulah yang membuat dirinya mendapat julukan ad-Dakhil.

2. Masa Pemerintahan

Pada masa awal pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol kondisi belum stabil. Hal itu disebabkan adanya perselisihan di kalangan umat Islam sendiri. Perselisihan itu terjadi antara suku Barbar dan suku Arab. Di dalam suku Arab sendiri terjadi perselisihan klasik antara suku Qaisy (Arab Utara) dan suku Yamani (Arab selatan). Perselisihan tersebut membuat kehidupan masyarakat dan politik pada masa itu belum stabil. Para amir sesudah itu terus mencoba mengatasi persoalan tersebut.
Adapun amir – amir Bani Umayyah yang memerintah di Spanyol adalah sebagai berikut :
No
Amir
Tahun
No
Amir
Tahun
1.
Abdurrahman ad-Dakhil (Abdurrahman I)
756-788 M
8.
Abdurrahman an-Nasir
(Abdurrahman III)
912-961 M
2.
Hisyam bin Abdurrahman (Hisyam I)
788-796 M
9.
Hakam al-Muntasir
(al-Hakam II)
961-976 M
3.
Al-Hakam bin Hisyam
(al-Hakam I)
796-822 M
10.
11.
Hisyam II
Muhammad II
976-1009 M
1009-1010 M
4.
Abdurrahman al-Ausat (Abdurrahman II)
822-852 M
12.
13.
Sulaiman
Abdurrahman IV
1013-1016 M
1016-1018 M
5.
Muhammad bin Abdurrahman (Muhammad I)
852-886 M
14.
15.
Abdurrahman V
Muhammad III
1018-1023 M
1023-1025 M
6.
Munzir bin Muhammad
886-888 M
16.
Hisyam III
1027-1031 M
7.
Abdullah bin Muhammad
888-912 M




Pada masa pemerintahan Abdurrahman ad-Dakhil, masjid dan sekolah didirikan, baik di Kordoba maupun kota – kota besar lainnya. Pemerintahan Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, sedangkan al-Hakam terkenal dengan pembaruannya dalam bidang militer. Al-Hakam adalah yang pertama memprakarsai dipergunakannya tentara bayaran di Spanyol. Abdurrahaman al-Ausat termasyur sebagai penguasa yang cinta ilmu.

Pada pertengahan abad ke-9, stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang bernama martyrdom. Gangguan yang lebih serius datang dari pemberontak yang mendirikan negara kota Toledo pada tahun 852 M selama 80 tahun.

Masa pemerintahan Abdurrahman an-Nasir (Abdurrahman III) menjadi puncak kejayaan Bani Umayyah di Spanyol. Bersamaan dengan itu Khalifah al-Muktadir, penguasa Bani Abbasiyah di Bagdad meninggal dunia. Dengan alasan itu, Abdurrahman an-Nasir menyatakan dirinya sebagai khalifah dengan gelar Khalifah Kordoba dan Pemimpin Yang Setia. Ia berhasil membangun Kordoba menjadi pusat budaya dan perdagangan Eropa yang besar. Kebesarannya bisa dikatakan menyaingi Bagdad sebagai pusat kekuasaan Bani Abbasiyah.

Masa kejayaan itu juga ditandai dengan beberapa bangunan bersejarah yang masih bisa disaksikan sampai sekarang. Bangunan – bangunan itu, antara lain Masjid Kordoba, Istana Ja’fariyah di Zaragoza, Tembok Toledo, Istana al-Makmun, Masjid Sevilla, dan Istana al-Hambra di Granada. Setelah masa kejayaan itu, umat Islam mengalami kemunduran.

3. Masa Kemunduran

Awal kemunduran Bani Umayyah dimulai ketika Hisyam II naik takhta pada usia 11 tahun pada tahun 976 M. Oleh karena itu, kekuasaan yang sesungguhnya ada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibnu Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan mutlak. Ia meninggal pada tahun 1002 M dan digantikan oleh adiknya yang kurang cakap. Akibatnya, kondisi negara menjadi kacau. Spanyol pun terpecah menjadi kerajaan – kerajaan itu dipimpin oleh raja – raja yang terkenal dengan sebutan Mulukut Tawa’if.

Munculnya kerajaan – kerajaan itu membuat kekuasaan Bani Umayyah hanya berada di sekitar ibukota Kordoba. Khalifah terakhir Bani Umayyah adalah Hisyam III. Ia memerintah negara yang kecil dan kacau hingga tahun 1031 M. Sesudah itu wilayah Spanyol dikuasai oleh kerajaan – kerajaan kecil tersebut hingga tahun 1086 M. Pada tahun itu Dinasti Murabitun datang datang Maroko dan meneruskan kekuasaan Islam di sana. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah pemerintahan Islam.

 Kemajuan Ilmu dan Kebudayaan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah dimulai dengan adanya penerjemahan buku – buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia pada masa Khalifah Abdul Malik.

Di seberang lautan, kemajuan itu dimulai pada masa Abdurrahman ad-Dakhil di Spanyol. Ia mulai membangun masjid – masjid di Kordoba dan kota – kota lain. Kemajuan ini berlanjut pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Ausat yang merupakan pecinta ilmu dan filsafat. Usahanya mengembangkan ilmu dilanjutkan oleh Abdurrahman an-Nasir. Ia mendirikan Universitas Kordoba yang memiliki perpustakaan dengan koleksi ratusan ribu buku.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada masa itu dapat dibagi dalam beberapa bidang berikut ini.

1. Ilmu Pengetahuan Umum

a. Khalid bin Yazid bin Mu‘awiyah

Beliau adalah orang pertama yang menerjemahkan buku tentang astronomi, kedokteran, dan kimia. Di samping itu Khalid bin Yazid merupakan seorang penyair dan orator yang terkenal.

b. Sibawah

Beliau adalah seorang ilmuwan bahasa yang menyusun kaidah – kaidah bahasa Arab. Kaidah – kaidah itu tersusun dalam bukunya yang berjudul al-Kitab.

c. Ibnu al-Muqaffa

Sebelum masuk Islam namanya Abu Amr. Beliau banyak menerjemahkan buku – buku dari India dan Persia. Karyanya yang termasyhur adalah Kalilah wa Dimnah.

2. Ilmu Pengetahuan Agama

Dalam bidang ini, muncul tokoh yang terkenal, seperti Ibnu Hazm (994-1064 M) di Kordoba. Bukunya yang terkenal adalah Risālah fi Fadā’il Ahl al-Andalus (risalah tentang keistimewaan orang Andalus). Ulama – ulama lain yang muncul, di antaranya, adalah Hasan al-Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, dan Wasil bin Ata.

3. Seni dan Kebudayaan


Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, bidang seni terutama kesusastraan juga mulai berkembang. Pada masa ini muncul sastrawan – sastrawan Arab yang terkenal. Sastrawan – sastrawan itu, diantaranya, adalah Jamil al-Uzri (wafat 701 M), al-Akhtal (wafat 710 M), Umar bin Abu Rabi’ah (wafat 719 M), al-Farzdaq (wafat 732 M), Qays bin Mulawwah, yang terkenal dengan nama Laila Majnun (wafat 699 M), dan Jarir (wafat 792 M).

Demikianlah perkembangan ilmu pengertahuan pada masa Bani Umayyah. Munculnya tokoh – tokoh di atas menjadi bukti perkembangan itu. Ilmu – ilmu yang muncul dan berkembang pada waktu itu memberikan sumbangan yang sangat besar hingga kini.

Ikhtisar Dan Renungan

1. Bani Umayyah berkuasa dalam dua periode. Periode pertama, pusat kekuasaan berada di Damaskus, Suriah, dan berlangsung selama 90 tahun. Adapun pada periode kedua, pusat kekuasaan berada di Kordoba, Spanyol, dan berlangsung selama 275 tahun.

2. Ilmuwan – ilmuwan yang terkenal pada masa Bani Umayyah adalah Khalid bin Yazid, Sibawaih, Ibnu Bajjah, Ibnu al-Muqaffa, dan Ibnu Rusyd.

3. Ulama – ulama yang terkenal pada masa Bani Umayyah adalah Ibnu Hazm, Hasan al-Basri, Ibnu Syihab az-Zuhri, dan Wasil bin Ata.

4. Sastrawan – sastrawan yang terkenal pada masa Bani Umayyah adalah Jamil al-Uzri, al-Akhtal, Umar bin Abu Rabi‘ah, al-Farazdaq, Qays bin Mulawwah, dan Jarir.
Pada akhir masa pemerintan Khulafaur-rasyidin, terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Talib dan Mu‘awiyah bin Abu Sufyan. Setelah Ali bin Abi Talib meninggal, Hasan bin Ali meneruskan pemerintah ayahnya. Karena menginginkan kedamaian di kalangan umat Islam, Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahan kepada Mu‘awiyah bin Abu Sufyan. Usaha itu berhasil membuat suasana umat Islam lebih tenang dan bergairah kembali.

Setelah Mu‘awiyah bin Abu Sufyan menggal dunia, jabatan khalifah diserahkan kepada putranya, Yazid bin Mu‘awiyah. Sejak saat itu sistem pemerintahan Islam bergesert ke sistem monarki. Hal itu tidak sesuai dengan sistem yang diajarkan Islam, yaitu pemerintahan yang berdasarkan musyawarah (kesepakatan bersama).

Pada tahun 60 H, saudara Hasan, yaitu Husein bin Ali, berangkat ke Irak bersama keluarganya karena menganggap keadaan politik telah normal dan damai. Namun, rupanya terdapat kelompok yang memfitnah Husein bin Ali. Mereka melaporkan kepada Yazid bin Ali sedang menggerakkan tentara untuk menyerang khalifah.

Mendengar laporan seperti itu, Yazid bin Mu‘awiyah memerintahkan Gubernur Irak dan Iran, Abdullah bin Zayad untuk memantau desas – desus itu. Abdullah bin Zayad menggerakkan 2000 tentara di bawah pimpinan al-Hurr bin Yazid at-Tamimi.

Pada hari Jumat tanggal 10 Muharram tahun 61 H, Husein bin Ali dicegat di Karbala. Keluarga Husein bin Ali dibantai habis oleh al-Hurr bin Yazidat at-Tamimi dan anak buahnya. Yang tersisa Cuma kaum perempuan dan anak – anak, diantaranya Ali Zainal Abidin. Husein bin Ali dipenggal kepalanya atas perintah Gubernur Abdullah bin Zayad. Kepalanya dikirim ke Damaskus.


Khalifah Yazid bin Mu‘awiyah pada saat mengetahui bahwa Husein bin Ali telah dipenggal kepalanya menangis tersedu – sedu. Ia meratap, “Terkutuklah Abdullah bin Zayad! Aku tidak pernah menghendaki kekjaman semacam ini. Seandainya aku berada di sana pasti akan kuhalangi dia jika perlu dengan pedangku. “Yazid bin Mu‘awiyah kemudian memerintahkan agar kepala Husein bin Ali diantarkan ke Madinah beserta jenazah keluarga dan anknya dengan upacara kehormatan. Tubuh Husein bin Ali dimakamkan di Karbala sementara kepalanya dikubur di Madinah bersebelahan dengan makam ayah dan ibunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Nahwu Seri 3

Belajar Jawahirul Maknun- Tentang Fashohah,Tanafur,Ta'qid

Surah at Takatsur 102