Tokoh Penyair Islam : Al-Farazdaq Bani Umayah


balaghoh, merupakan suatu pelajaran yang khusus membahas sya'ir dan tata bahasa secara seni. Jika anda menginginkan jadi ahli pidato yang enak dan memahamkan atupun olah suara yang lain, jangan sampai meninggal kan pelajaran satu ini. Pesantren salaf, umumnya balaghoh termasuk kurikulum pokok jenjang akhir, karena ini sebagai penyempurna dari nahwu shorof  supaya lebih mudah memahami teks-teks al-Qur'an maupun hadist yang terkait dengan  bahasa sulit atau pun syair. Disaat anda belajar balaghoh pasti akan menemukan tokoh fenomenal yang sering dijadikan rujukan contoh sastra, siapakah beliau, berikut ulasanya. 
Farazdak adalah salah satu di antara Penyair Muslim besar di Istana Kekhalifahan Bani Umayyah Timur, selain Jarir dan al-Akhtal. Bernama lengkap Hammam bin Ghalib Abu Firas,  tetapi biasa dikenal sebagai al-Farazdaq.  Ia lahir di Kadhima (sekarang Kuwait) dan tinggal di Basra. Ia adalah anggota Darim (dewan sesepuh) salah satu divisi paling terhormat di Bani Tamim, dan ibunya berasal dari suku Dabbah. Kakeknya Sa'sa' adalah seorang Badui terkenal, ayahnya Ghalib mengikuti cara hidup yang sama hingga Bashrah didirikan, dan terkenal akan kelemahlembutannya.
 Pada usia 15, Farazdaq dikenal sebagai penyair, dan meskipun pernah diminta oleh khalifah Ali bin Abi Thalib untuk bercurah pada studi al-Qur'an, ia segera kembali membuat puisi. Dalam jiwa Badui yang sesungguhnya ia banyak mencurahkan bakat ke satir dan menyerang Bani Nahshal dan Bani Fuqaim. Saat Ziyad, anggota suku yang terakhir, menjadi gubernur Basra pada tahun 669, penyair itu dipaksa pergi, pertama ke Kufah, dan kemudian, karena masih dekat dengan Ziyad, ke Madinah, wadi mana ia masih diterima oleh emir kota itu, Sa'id bin al-'Ash. Ia tetap di sana hingga 10 tahun, menulis satir pada suku Badui, namun menghindari politik kota.
Namun kehidupannya tidak keruan, dan syair-syairnya yang tajam menyebabkannya diusir oleh khalifah Marwan I. Tepat pada saat itu ia mengetahui kematian Ziyad dan kembali ke Bashrah, di mana ia dijamin oleh pengganti Ziyad Ubaidillah bin Ziyad. Sebagian besar puisnya sekarang bercurah ke urusan matrimonial. Ia mengambil keuntungan dari kedudukannya sebagai pengawal dan menikahi keponakannya Nawar terhadap keinginannya. Ia mencari pertolongan dari pengadilan Basra dan dari sejumlah suku. Semua akut akan satire penyair itu. Awalnya Nawar lari ke Makkah dan meminta bantuan 'Abdullah bin Zubair, yang berhasil menyebabkannya setuju pada konfirmasi pernikahan itu.
Pertentangan terjadi lagi. Farazdaq mengambil isteri lagi, setelah kematiannya menikah lagi. Awalnya ia setuju pada perceraian yang diserukan oleh Hasan al-Bashri. Masalah lain memunculkan sederetan puisi panjang dengan judul Naqaid al-Jarir wa al-Farazdaq. Dalam kehidupan politik Farazdaq dicegah dari ketakutan dengan mengambil bagian besar. Namun, nampaknya ia tak terikat pada keluarga Ali. Selama pemerintahan Muawiyah I ia menghindari politik, namun kemudian memberi dukungan pada 'Abdullah bin Zubair.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Nahwu Seri 3

Belajar Jawahirul Maknun- Tentang Fashohah,Tanafur,Ta'qid

Surah at Takatsur 102