Ruang Waktu Pesantren Pembakar Bendera

Add caption

kaumpesantren.com-Pesantren Ibnu Mas'ud di Bogor tega membakar umbul-umbul merah putih sebagai luapan emosi pada NKRI. Di beberapa wilayah, pesantren yang berusia ratusan tahun dan pesantren yang bersanad keilmuannya melaksanakan upacara bendera. 
Andaikan pesantren pembakar itu tersedot oleh pusaran waktu, terbawa hingga di jaman penjajah, mungkin para ulama mengatakan: 'Le, kami berjuang merobek bendera berwarna biru di atas gedung Yamato kok setelah kami robek, kamu malah membakar warna merah putih yang tertinggal." 

Mereka menjawab, "Tapi mereka menghormat kepada bendera itu."

Beliau-beliau berkata " Lha cuma ngangkat tangan apa susahnya, wong kami malah menghormatinya dengan mengeluarkan darah, remuknya badan, keluarga kami tinggalkan, jomblo mati berjuang sebelum menikah, lha Perasamu jutaan korban perang melawan Belanda itu untuk apa? Untuk gaya-gayaan? Itu semua untuk menghormati bendera merah putih. Kanjeng Nabi sendiri juga pernah memerintahkan sahabatnya untuk tidak berdiri menghormati beliau saat datang, tapi mereka tak mengindahkan perintah tersebut, sahabat tetap berdiri dan Kanjeng Nabi membiarkan karena ada semboyan: Etika lebih diutamakan dari perintah, kamu baca di Ianatutthalibin."

Mereka: Wah saya tidak tahu, saya cuma ngambil dalil Qur'an Hadis

Beliau: Pantes, wong kamu koki masak kok maksa jadi tukang kayu, buat meja jadinya kayu bakar, buat kursi jadi tusuk gigi. Wis Ndang balek nyang jamanmu, ono jaman iki dibedil udelmu karo arek-arek.

Lalu mereka tersedot oleh pusaran waktu, menuju jaman Walisongo bertemu dengan Sunan Bonang, 'Kalian jaga ya tongkat ini selama tiga tahun.'

Mereka: 'Ngapain wong tongkat tidak berharga begini.'

Sunan berkata: 'Wong njaga tongkat semeter saja tidak mampu kok mau menjaga NKRI dengan jutaan kilometer dan menerima segala perbedaan di dalamnya. Kamu kira Allah berfirman: Kun, jadilah kalian semua sama dengan yang telah Aku ciptakan sebelummu. Khan ora, mergane kowe ngamukan kalau ada yang berbeda denganmu. Sampai bendera lambang perbedaan dalam kesatuan kamu bakar. Sudah kamu kembali saja ke jamanmu, mumpung kamu belum ketemu umat Bhairawa, bisa-bisa kamu di buat daging sesembahan dengan gaya dakwahmu itu'

Lalu mereka plonga plongo, tersedot oleh ruang waktu menuju jaman Kanjeng Nabi, berada di tepian pertempuran perang Muktah, mereka tercengang menyaksikan bagaimana Sahabat Ja'far bin Abi Tholib terus menerus memegangi bendera dengan dadanya karena kedua tangan beliau juga di tebas saat mencoba memegang bendera lambang harga diri dan wibawa negara.

 Mereka tersedot pusaran waktu, kembali ke jaman sekarang dan menjadi headline berita nasional, aku yang ketinggalan di jaman Walisongo menikmati sajian wayang Sunan Kalijaga dan alunan musik Gending Sunan Bonang yang kelak akan di haramkan oleh akidah orang-orang kagetan.

Ditulis Oleh: Fahrur Rozy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Nahwu Seri 3

Belajar Jawahirul Maknun- Tentang Fashohah,Tanafur,Ta'qid

Surah at Takatsur 102