Catatan Manasik Haji


Mulai jumat malam sabtu kemarin hingga terakhir malam senin(4-6 januari 2019) dikwagean ada bimbingan manasik haji. Kegiatan rutin setiap tahun yang diadakan oleh majrah fathul ulum, dan dipimpin langsung oleh bapak.


Berawal dari permintaan ngaji mingguan kitab bab haji oleh para calon jamaah haji, dan dilanjutkan setelahnya dengan praktek manasik haji. Pada perkembangannya banyak masyarakat luar yang ikut, dan muncullah kekhawatiran dari pengelola kbih disekitar kwagean. Hingga mereka melarang anggota kbih mengikuti pengajian ini.

Bapak sendiri tidak ambil pusing dengan kejadian ini, karena bagi beliau ini MURNI NGAJI. Tak pernah terfikir untuk meningkatkan kegiatan ini melebihi dari ngaji, apalagi sampai mendirikan KBIH.

Ketika para peserta luar dibatasi, justru pengurus melihat kesempatan ini. Dimintalah program manasik menjadi agenda tetap majrah. Majrah sendiri adalah anak lembaga dibawah lembaga pondok putra fathul ulum.

Kegiatan manasik ini diikuti oleh seluruh santri kwagean, yang antusias mengikuti acara tiga hari berturut-turut. Disamping karena memang diwajibkan ikut bagi semua santri, momen kumpul putra-putri ini sangat jarang terjadi dikwagean. Maka wajar bila para santri sangat semangat ikut hingga memenuhi halaman rumah, madrasah, dan masjid.Hehehe (untuk keterangan foto-foto kegiatan ada di page: salam kwagean).

Manasik sendiri berarti ibadah, dan apabila dirangkai dengan manasik haji dalam kbbi berarti: hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji. Atau makna yang lebih tepat disini adalah makna kedua: peragaan pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya(aturan-aturannya). Dalam dunia pesantren, atau lebih umumnya dalam dunia pendidikan, praktek adalah salah satu cara agar ilmu yang telah diajarkan teorinya menjadi lebih mudah difahami. Tak hanya mudah faham, praktek juga membuat ilmu lebih mudah masuk kedalam hati.

Saya masih ingat, saat kelas tsanawiyh dulu dikajen, sekitaran tahun 2002, diajarkan praktek berwudlu oleh yai haris(Allahuyarham) ketika pelajaran fathul qorib. Setelah selesai memberi makna kitab, dan beliau selesai menerangkan, lalu kami digiring kekamar mandi yang waktu itu ada dibelakang madrasah(salah satu jalur rahasia buat mblurut pada masanya. Hahaha). Setelah berkumpul dan membentuk setengah lingkaran, saya disuruh maju memraktekkan tata cara wudlu yang benar menurut keterangan yang telah kami kaji sebelumnya. Diperhatikan oleh seluruh kelas, dan dibimbing oleh sang guru, saya dan beberapa teman gantian praktek melaksanakan wudlu.

Sudah 16 tahun, namun saya masih mengingat betul detail praktek wudlu saat itu. Inilah salah satu keunggulan metode praktek langsung. Dan metode beliau saya tiru semampunya hingga saat ini.
Bukan hanya melulu tentang teori, bapak juga menyelipkan beberapa hal prinsipil dalam manasik ini. Seperti fenomena banyaknya orang yang memilih berumroh saja daripada daftar haji. Dengan alasan:”waiting list atu daftar tunggu haji lama sekali, daftar sekarang, bisa 15 tahun atau bahkan 20 tahun lagi baru berangkat. Mending umroh saja, bisa langsung kemekah”. Ini adalah pemahaman yang salah menurut bapak, meskipun menunggu lama, tapi daftar haji adalah kewajiban. Dan umroh adalah sunah. Sunah tak akan pernah mampu menggantikan wajib. 

Pesan bapak selalu:“Meskipun sudah umroh berulang kali, namun belum pernah haji, maka kewajiban haji belumlah tertunaikan. Maka seyogyanya, bagi yang sudah berkemampuan daftar haji untuk mendaftar dahulu, mengambil kursi antrian. Dan bila masih ada uang, mau berumroh silahkan”.

Lebih esktrim bapak mengingatkan:”meskipun sudah umroh tapi belum haji, ketika dia meninggal maka ahli waris harus mengambil harta warisan terlebih dahulu untuk membayar tanggungan orang tersebut, termasuk untuk berhaji”.

Disamping tentang niat haji, bapak menerangkan tentang ibadah didalam haji yang mana mampu meleburkan seluruh dosa para pelaksananya. Ini menyentil saya, yang hingga beberapa waktu lalu masih lebih menginginkan pergi ke old traffod daripada kemekah(hehehe ini jangan ditiru). Kata bapak:”banyak orang yang justru salah persepsi, ingin memperbaiki diri dulu. Bila sudah cukup baik, maka saya akan beribadah haji. Ini faham terbalik. justru ketika masih ‘kotor’, berhaji adalah salah satu ibadah yang mampu mem’bersih’kan diri”. Aah saya jadi merasa bersalah, dulu kenapa saya lebih pengen ke kota manchester adalah mungkin wujud dari kecintaan saya ke MU melebihi cinta saya ke Rasul. 
Astaghfirullah. Saya akhiri tulisan ini dengan ingatan tentang salah satu kiai saya, beliau pernah mengijazahi:”lek pengen iso ndang haji utowo umroh, ngajekno kirim fatihah nggone nabi ibrahim setiap bakdo sholat fardlu(kalau ingin bisa segera berhaji atau berumroh, maka rutinkan mengirim hadiah fatihah bagi Nabi Ibrahim AS setiap selesai sholat fardlu)”. Mudah-mudahan kita bisa segera kesana. Amin
Copas
#salamKWAGEAN#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Nahwu Seri 3

Belajar Jawahirul Maknun- Tentang Fashohah,Tanafur,Ta'qid

Surah at Takatsur 102