Sumber Ajaran Tasawwuf

Di dalam al-Qur'an banyak ditemui ayat-ayat yang mendorong manusia memikirkan alam raya ini, dengan berpikir akan nampak keindahannya dan keindahan pencipta dan dengan demikian akan tumbuh rasa cinta yang mendalam terhadap pencipta. Di antaranya dalam firman Allah: 
إن في خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لأيات لأولى الألباب
Artinya, sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (S. Ali Imran 190).
Demikian juga sekian banyak ayat yang memberikan contoh akhlak mulia dan akhlak yang buruk, melalui cerita umat-umat yang lampau, atau melalui larangan dan perintah. Demikian pula manusia selalu didorong beramal saleh dan mengendalikan nafsu keinginannya dan dalam kemampuan mengendalikan nafsu keinginan terletak keberuntungan hidup. Allah berfirman:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها قد أفلح من ذكاها وقد خاب من دساها
Artinya “Dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (S. Asy-Syams 7-10)
Contoh kehidupan shufi banyak pula ditemui dalam kehidupan Rasulullah sehari-hari, yang penuh dengan penderitaan dan waktunya dihabiskan untuk beribadah dan berbakti kepada manusia. Sebelum ia diangkat menjadi Rasul, ia sering melakukan tahannus (khalwat) di gua Hira di Jabal Nur untuk memohon petunjuk. Usman bin Affan meskipun termasuk orang yang kaya yang mendapat kelapangan rezeki dari Allah, namun dalam kehidupannya sehari-hari juga sangat sederhana. Di kala ia berada di rumah, kitab suci al-Qur’an selalu di tangannya, pada malam hari ia selalu menelaah isi al-Qur’an dan kadang kala sampai larut malam dan ketika ia tewas dibunuh oleh para pemberontak al-Qur’an masih berada di tangannya. Karena itu, orang shufi berpendapat ada hal-hal yang perlu disembunyikan sebagai rahasia dalam ilmu tasawuf dan ajaran-ajaran yang seperti itu tidak boleh dibeberkan kepada orang lain kecuali kepada orang yang dianggap layak menerimanya. Mereka berlandaskan ucapan Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari yang katanya: “Aku peroleh dari Rasulullah dua bejana ilmu pengetahuan, satu di antaranya yang kusampaikan kepada orang lain, dan yang satu lagi tidak kusampaikan dan kalau kusampaikan juga niscaya leherku akan dipenggal”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Nahwu Seri 3

Belajar Jawahirul Maknun- Tentang Fashohah,Tanafur,Ta'qid

Surah at Takatsur 102