Ketika Zoya Di Bakar Sampai Mati,Karena Di Fitnah Atas Tuduhan Mencuri bag 2

Mereka mungkin puas melampiaskan kemarahannya padaku. Setelah itu mereka pulang dan menyaksikan wajahnya sendiri yang telah berubah menjadi blis. Mungkin saja iblis sendiri ngeri melihat ada manusia lebih biadab dari dirinya.
Tuhan, tahukah Engkau, semalam amplifier yang ada di rumahmu mau dicolong orang. Untung ketahuan. Dia meronta dan kabur. Kami mengejarkanya seperti memburu tikus got. 
Dia sih, mengaku bukan pencuri. Tapi buat apa kami dengar omongannya. Bagi kami, amplifier-Mu lebih berharga dari pengakuan siapapun. Apalagi pengakuan dari lelaki yang tidak kami kenal yang saat Ashar mampir ke Musholla.

Musholla ini memang bisa disinggahi siapa saja. Ini adalah tempat bersujud manusia kepada-Mu. Tapi disini ada amplifier seharga 250 ribu, yang biasa kami gunakan untuk memanggil-manggil namaMu. Jika benda itu dicuri, lantas bagaimana kami akan memanggil-Mu?

Engkau yang sudah biasa diseru dengan speaker bersuara pekak, apakah akan maklum jika disebut dalam kesayhduan yang sunyi? Jikapun Engkau memaklumi, kaminya yang janggal. Mana mungkin nama besarMu tidak diagung-agungkan dengan teriakan lantang.

Maka dari itu, Tuhan, kami akan mencurigai siapapun yang mendekati amplifier di musholla. Kami akan buru dia seperti hewan. Ya, Tuhan kami, kami tahu Engkau tidak mampu menjaga amplifier milik-Mu sendiri. Lantas kalau bukan kami yang menjaganya, siapa lagi? Tuhan kami, yang Maha Perkasa, ijinkan kami jadi algojomu demi menjaga amplifierMu.
Ijinkan kami mencurigai orang yang keluar dari mushola membawa amplifier. Akhirnya orang itu kami gebuki ramai-ramai.

Seseorang dari kami menyiramnya dengan bensin. Lalu menjentikkan korek api ke tubuhnya. Dia kelojotan dan mati. Tapi api yang kami sulutkan ke tubuhnya, tidak sepanas api nerakamu, bukan?

Mungkin begitulah nasibnya. Itu semua kami lakukan karena kami hanya hendak menjaga amplifier milik-Mu.

Ketika kami tahu ternyata dia bukan pencuri bagaimanakah kami bisa mengobati hati yang tiba-tiba terluka dalam penyesalan. Bagaimanakah kami bisa menghapus bayangan seorang lelaki yang tubuhnya menggelepar dilalap api.

nama saya Alif, usia 5 tahun. Bapak saya mati dibakar orang sehabis sholat ashar. Dan masa depan saya juga ikut terbakar. Dan orang-orang masih bisa tertidur nyenyak setelah menyaksikan tubuh bapak saya menggelinjang dalam kobaran api dari layar ponselnya.

Nama kita entah siapa. Yang kita tahu betapa mengerikan hidup di tengah makhluk-makhluk buas ini.

[Eko Kuntadhi]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Nahwu Seri 3

Belajar Jawahirul Maknun- Tentang Fashohah,Tanafur,Ta'qid

Surah at Takatsur 102